selamat datang

Assalamualaikum warahmatullohi wabarakatu. Slamat datang saya ucapkan kepada para pengunjung blog yang sederhana ini. Disini saya mengharapkan kepada para pengunjung agar memberikan komentarnya yang bertujuan memperbaiki maupun meningkatkan karya penulis.

salam manis saya ucapkan kembali kepada para pengunjung.... Smoga kita menjadi orang-orang sukses.

saya akhiri dengan fastabiqul khoiroj Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu.

Sabtu, 18 Juni 2011

jurnal pendidikan


PENINGKATAN KUALITAS BELAJAR MENGAJAR DENGAN CARA PENGEMBANGAN KREATIFITAS DI DUNIA PENDIDIKAN
Frans Rezeki Ramadansyah
Abstrak                      :
            Pendidikan khususnya di negeri yang kita cintai ini sangat memperhatinkan itu disebabkan banyaknya pihak yang tidak tau menau mengenai pensisikan ini. Sangat disayangkan bila gara-gara kurang perhatiannya kita terhadap dunia pendidikan membuat kita kehilangan generasi yang berpendidikan apabila generasi penerus kita tidak diberi pendidikan yang layak Negara yang kita banggakan ini mau jadi apa? Apa kita mau dijajah Negara lain? Apa kita menginginkan bila orang-orang yang ada dinegara ini menjadi babu terus-menerus? Jika tidak mari kita perbaiki mulai dari sekarang pendidikan kita.
            Agar para anak cucu kita tidak ketinggalan dengan anak-anak Negara lain sehingga mereka dapat berkarya dan bahkan memcatatkan nama Negara keposisi yang di hsormati Negara –negara lain. Mari kita perbaiki mulai dari yang kecil dulu yakni orang yang bekualaitas, guru yang berkualaitas hingga system pembelajaran yang berkualaitas. Di tulisan ini akan dikualas habis mengenai hal tersebut.
Kata Kunci                 : kualitas, kreatifitas, pendidikan.
Pendahuluan             :
            Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah  Yang Maha Esa karenaNya lah tulisan yang sederhana ini dapat di selesaikan dengan tepat waktu dan semoga tulisan ini dapat membuat kita lebih baik lagi dari yang sebelumnya.
            Disini akan di ungkit beberapa faktor yang dapat membuat dunia pendidikan yang ada di Indonesia ini dapat ,lebih maju bahkan lebih baik dari Negara- Negara yang telah maju sebelumnya. Bebelrapa faktor diantaranya adalah: faktor kreatifitas dalam kemampuan membaca dan menulis dimulai dari tingkat sekolah dasar, lalu menyaipkan guru yang berkualitas dengan pendekatan mikro teaching, dan pendidik yang kreatif sebagai teras trasformasi di dunia pendidikan khususnya di Indonesia yang kita cintai ini.

Pembahasan              :
            Seperti mana yang telah di tuliskan diatas bahwa kia butuh reformasi pendidikan agar pendidikan di Indonesia ini dapat lebih baik lagi. Pada alinea ke 3 dalam UUD 1945 dikatakan kita harus ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa hal ini memang tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang trelah memberikan 20% dari pendapatan APBD disalurkan kepada dunia pendidikan. Itu merupakan langkah awal untuk membantu pendidikan di Negara ini lebih baik lagi. Tapi perlu kita ketahui bahwa dengan uang saja pendidikan tidak akan maju perlu usaha yankni meningkatkan kreatifitas para peserta didik agar mampu menciptakan inovasi-inovsi terbaru untuk perkembangan negara ini.
            Terobosan yang pertama adalah dengan beberapa faktor yang dijelaskan di bawah ini. Anda penasaran? Mari kita telusuri!
1.      Faktor Kreatifitas dalam Kemampuan Membaca dan Menulis
Faktor ini sangat berpengaruh terhadap maju atau tidaknya pendidikan di Negara tersebut. Kita ketahui bahwa kegiatan membaca merupakan kegiatan yang paling mudah untuk mendapat maupun memahami ilmu tersebut. Dan kegiatan menulis juga sangat berpengaruh karena kegiatan ini adalah kegiatan yang mana apabila kita telah membaca kita harus dapat menuliskannya itu bertujuan agar kita lebih memahami dan bahkan kit adapt membuat metode terbaru setelah kita melakukan kegiatan menulis. Adapun faktor-faktornya adalah:
Faktor kreatifitas dalam membaca yakni Hasil uji statistik menunjukkan hal-hal sebagai berikut. Pertama, hipotesis nol yang berbunyi tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat kreativitas siswa kelas 5 SD Islam Sabilillah Malang yang laki-laki dan yang perempuan  dinyatakan diterima. Dengan diterimanya hipotesis nol berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat kreativitas siswa laki laki dan perempuan, meskipun siswa perempuan memiliki rata-rata kreativitas lebih tinggi dibandingkan dengan siswa laki-laki, yakni 66,52 B 64,42 = 1,80 point.
Kedua ialah, hipotesis nol yang berbunyi tidak ada perbedaan yang dignifikan antara tingkat kemampuan membaca siswa kelas 5 SD Islam Sabilillah Malang yang laki-laki dan yang perempuan dinyatakan diterima. Dengan diterimanya hipotesis nol ini berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat kemampuan menulis siswa laki-laki dan siswa perempuan. Meskipun skor kemampuan membaca siswa perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan rerata skor siswa laki-laki, tetapi secara statistik perbedaan tersebut tidak signifikan.
Faktor kreatifitas dalam menulis adalah uji statistik menunjukkan hasil berikut. Pertama, hipotesis nol yang berbunyi tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat kemampuan menulis siswa kelas 5 SD Islam Sabilillah Malang yang laki-laki dan Yang perempuan dinyatakan ditolak. Dengan ditolaknya hipotesis nol ini berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan antara tingkat kemampuan menulis siswa kelas 5 SD Islam Sabilillah Malang yang laki-laki dan yang perempuan. Kemampuan menulis siswa perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan menulis siswa laki-laki.
Kedua, hipotesis nol yang berbunyi tidak ada perbedaanyang signifikan antara tingkat kemampuan menulis siswa kelas 5 SD Islam Sabilillah Malang yang kreatif dan yang kurang kreatif dinyatakan ditolak. Dengan ditolaknya hipotesis nol ini berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan antara tingkat kemampuan menulis siswa kreatif dan siswa kurang kreatif.
Ketiga, hipotesis nol yang berbunyi tidak ada pengaruh interaksi yang signifikan tingkat kreativitas dan gender terhadap kemampuan menulis siswa kelas 5 SD Islam Sabilillah Malang dinyatakan ditolak. Dengan ditolaknya hipotesis nol ini berarti bahwa ada pengaruh interaksi yang signifikan tingkat kreativitas dan gender terhadap kemampuan menulis. Faktor kreativitas dan faktor gender secara bersama-sama berpe-ngaruh terhadap kemampuan menulis.
Inilah faktor yang utama dalam reformasi pendidikan di Negara ini. Khususnya faktor dalam kegiatan kreatifitas membaca dan menulis sehingga kita akan meneruskan ke faktor yang lain.

2.      Faktor Menyiapkan Guru Yang Berkualitas
Faktor ini merupakan salah satu yang utama dalam pembentukan maupun pengembangan dunia pendidikan yang ada di dunia khususnya di Indonesia karena pepatan mengatakan  “tidak ada di dunia ini orang yang bodoh hanya ia tidak mendapatkan guru yang baik” jadi dapat dikatakan peran guru maupun para tenaga pengajar sangatlah berperan karena jika tampanya bagaiman bias berjalan proses belajar mengajar dengan baik. Tapi yang di jelaskan disini adalah bagaimana menyiapkan guru yang berkualitas yang akan mengajar pera peserta didik yang kreatif. Mari kita terusuri lebih lanjut lagi.


Adapun faktor untuk menyiapkan guru yang berkualitas dengan cara pendekatan mikro teaching yakni pengajaran kecil. Disini para  calon guru akan dilatih bagaimana cara mengajar yang baik itu. Seorang guru yang ideal menurut Uzer Usman (1992) mempunyai tugas pokok yaitu mendidik, mengajar dan melatih. Oleh karena itu seorang guru harus memiliki kompetensi. Dalam profesi keguruan kita mengenal istilah kompetensi. Kompetensi itulah yang digunakan untuk menilai apakah seorang guru berkualitas atau tidak. Ada tiga kompetensi yang harus dimiliki guru, yaitu: (1) kompetensi personal, (2) kompetensi sosial, dan (3) kompetensi profesional.
Kompetensi personal lebih menunjukkan pada kematangan pribadi. Di sini aspek mental dan emosional harus benar-benar terjaga. Kompetensi social lebih menunjukkan pada kemampuan guru untuk berelasi, berinteraksi. Guru memperlihatkan keluwesan dalam pergaulan dengan siswa, kepala sekolah, dan juga teman sejawat di tempat ia mengajar. Guru bisa menciptakan persahabatan yang baik. Keberadaannya memberi manfaat yang positif. Sedangkan kompetensi profesional lebih menunjukkan pada kemampuan yang dimiliki guru sebagai pengajar yang baik.
Raka Joni (1979) berdasarkan Komisi Kurikulum Bersama P3G menetapkan dan merumuskan bahwa kompetensi profesional guru di Indonesia terdiri atas 10 kompetensi, yakni: (1) menguasai bahan pelajaran; (2) mengelola program pembelajaran; (3) mengelola kelas; (4) menggunakan media dan sumber belajar; (5) menguasai landasan pendidikan; (6) mengelola interaksi belajar mengajar; (7) menilai prestasi belajar; (8) mengenal fungsi dan layanan bimbingan dan penyuluhan; (9) mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah; dan (10) memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna keperluan pengajaran.
Dari kesepuluh kompetensi profesional itu menurut hemat penulis dapat dirangkum menjadi dua kompetensi yang paling utama, yaitu menguasai bahan pelajaran dan dapat mengajarkannya dengan jelas dan menarik. Kedua kompetensi inilah dalam kondisi objektif belum terpenuhi. Mungkin kita pernah mendengar komentar, “Si guru A itu hebat benar penguasaan materinya tetapi tidak bisa mengajar”, atau sebaliknya, “Si guru B itu pandai mengajar tetapi minim penguasaan materi”.
Inilah penjelasan mengenai faktor menyiapkan guru yang berkualitas dengan metode pendekatan pengajaran mikro teaching dengan metode kita dapat lebin mudah menyiapkan guru yang berkualitas pastinya.



3.      Pendidik Kreatif Sebagai Teras Transformasi Dunia Pendidikan
Dan  faktor yang terakhir adalah pendidik yang kreatif sebagai teras transformasi bagi dunia pendidikan. Mengapa dikatakan sebagai teras ini dikarenakan pendidik sebagai batu loncatan bagi dunia pendidikan. Yang jadi pertanyaan adalah pendidik yang bagaimana yang dapat menjadi teras transformasi? Jawabannya adalah pendidik yang kreatif yang dapat membentuk para peserta didiknya menjadi orang-orang yang pintar, bukan hanya itu ia juga dapat membentuk peserta didik yang kreatif juga.
Literasi kreatif amat penting dalam dunia pendidikan kerana ia mampu melahirkan sebuah citra masyarakat kreatif (creative society) dan negara kreatif (creative nation). Temapt terbaik memupuk  semangat kreativiti seperti inkuiri, kreativiti dan diskoveri pada pelabagai tahap pelajar adalah menerusi pembelajaran dan pengajaran; sama ada dalam pembelajaran formal mahu pun bukan formal. Di Malaysia, potensi untuk melahirkan manusia yang kreatif dan inovatif ini terpancar dalam Falsafah pendidikan Kebangsaan serta pengaplikasiannya dalam pedagogi dan kurikulum mata pelajaran (Abd. Rahim, 1999). 
Pendidik kreatif memainkan peranan yang amat penting sejak di alam prasekolah.  Pada tahap prasekolah kanak-kanak telah didedahkan dengan pelbagai elemen pembelajaran. Pada tahap ini sifat dan sikap kanak-kanak untuk belajar tentang sesuatu yang belum diketahuinya sangat tinggi dan kesan terhadap pembelajaran pada ketika ini juga amat penting untuk kanak-kanak tersebut membina kekuatan dan kepintaran pikirannya.
Oleh karena itu para pendidik zaman sekarang jangan terbuai atas uang yang kita dapatkan dari pekerjaan kita sebagai pendidik tapi marilah kita contoh flim “ Laskar Pelangi” mereka adalah guru yang kokoh serta ikhlas yang mana mereka mau membantu para peserta didik yang tidak mampu agar mendapatkan ilmu pengetahuan yang besar. Mari kita contoh mereka dan sekarang niatkan dalam hati kita bersama bahwa kelak bila jadi guru kita tidak akan memandang materi tapi bagaiman caranya agar generasi penerus tidak adalagi yang buta huruf dan mari kita tingkatkan pendidikan di Negara kita ini. Semangatlah wahai calon guru jangan mudah menyerah semoga kita semua menjadi guru yang kreatif.







Kesimpulan                :
 Pendidik kreatif memainkan peranan yang amat penting sejak di alam prasekolah.  Pada tahap prasekolah kanak-kanak telah didedahkan dengan pelbagai elemen pembelajaran. Pada tahap ini sifat dan sikap kanak-kanak untuk belajar tentang sesuatu yang belum diketahuinya sangat tinggi dan kesan terhadap pembelajaran pada ketika ini juga amat penting untuk kanak-kanak tersebut membina kekuatan dan kepintaran pikirannya.
            Jadi mari kita tingkatkan kekretifan kita agar bangsa ini melahirkan orang-orang dapt merubah dunia dan dapat mengharumkan nama bangsa di dalam maupun di luar negeri. Dan mari kita selamatkan anak bangsa dari kebodohan agar bangsa kita ini bebas dari kebodohan. Jika slogan pemadam kebakaran adalah” jangan pulang sebelum padam” penulis membuat slogan bagi kita calon guru “ jangan pulang sebelum semua orang tau dan pintar ( kreatif ). Semoga tulisan ini bermamfaat bagi saya dan bermamfqaat bagi kita semua. Jika ada kritik dan saran yang bersifat membangun tulisan ini saya sebagai penulis mengharapkannya. Kepada Allah saya mohon ampun kepada semua pembaca saya mohon dimaafkan atas penulisan yang menurut pembaca salah saya mohon dimaafkan.



Daftar Pustaka          :

Ø  Khalid Esa dkk.2004.pendidik kreatif sebagai teras transformasi dunia pendidikan,Malasya.Fak. pengurus dan pembangun sumber manusia. Universitas Teknologi Malasya.

Ø  Kwartolo yuli SPd.2005.menyiapkan guru yang berkualitas dengan pendekatan mikro teaching,Jakarta. jurnal pendidikan penabur.

Ø  Rofiuddin Ahmad.2003.faktor kreatifitas dalam kemampuan membaca dan menulis,Malang. Fak. Pend. Bahasa dan Sastra UNM.
  
           

metode pembelajaran



Metode Pembelajaran
Frans Rezeki Ramadansyah
Abstrak               :
            Metode pembelajaran dewasa ini pada umumnya menggunakan pendekatan system. Dengan pendekatan ini pembelajaran dipandang sebagai suatu system. Suatu system mempunyai sejumlah komponen yang saling berinteraksi dan berhubungan dalam rangka mencapai tujuan. System pembelajran juga mempunyai sejumlah komponen yaitu, materi, metode, alat, dan evaluasi. Semua komponen itu saling berinteraksi dan berhubungan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Kata Kunci                        : pembelajaran dan pengajaran ,metode pengajaran.
Pendahuluan       :
Kata metodologi berasal dari bahasa Latin yakni meta yang berarti jauh (melampaui) dan hodos yang berarti jalan (cara). Metodologi adalah ilmu mengenai cara mencapai tujuan. Dengan demikian, metodologi pengajaran adalah ilmu yang mempelajari cara untuk melakukan aktivitas yang sistematis dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik, yang berarti tercapainya tujuan pengajaran. Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, pendidik harus mengetahui, mempelajari, dan mempraktikkan beberapa metode mengajar pada saat mengajar.
Pembahasan        :
1.                  Pembelajaran atau Pengajaran

            Tardif (1989) mendefinisikan mengajar sebagai tindakan yang dilakukan seseorang (pendidik) dengan tujuan membantu atau memudahkan orang lain (peserta didik) melakukan kegiatan belajar. Biggs (1991), seorang ahli psikologi membagi konsep mengajar menjadi tiga macam pengertian yaitu:
1.      Kuantitatif
Mengajar diartikan sebagai transmission of knowledge, yakni penyebaran pengetahuan. Dalam hal ini, guru hanya perlu menguasai pengetahuan bidang studinya dan menyampaikan kepada peserta didik dengan sebaik-baiknya. Masalah berhasil atau tidaknya peserta didik bukan tanggung jawab pendidik.
2.      Institusional

Mengajar adalah penataan segala kemampuan mengajar secara efisien. Dalam hal ini, pendidik dituntut untuk selalu siap menyesuaikan berbagai teknik mengajar terhadap peserta didik yang memiliki berbagai macam tipe belajar, bakat, kemampuan, dan kebutuhan.

3.      Kualitatif
Mengajar adalah upaya memfasilitasi pembelajaran (facilitation of learning), yaitu upaya membantu memudahkan kegiatan belajar peserta didik mencari makna dan pemahamannya sendiri.
2. Metode Pembelajaran atau Pengajaran
A. Metode ceramah
Metode ceramah (preaching method) adalah sebuah metode pengajaran dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa, yang pada umumnya mengikuti secara pasif (Syah M., 2000). Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli serta daya paham peserta didik. Beberapa kelemahan metode ceramah adalah:
1. Membuat peserta didik pasif.
2. Mengandung unsur paksaan kepada peserta didik.
3. Mengandung sedikit daya kritispeserta didik (Daradjat, 1985).
4. Bagi peserta didik dengan tipe belajar visual akan lebih sulit menerima pelajaran dibandingkan dengan peserta didik yang memiliki tipe belajar audio.
5. Sukar mengendalikan sejauh mana pemahaman belajar peserta didik.
6. Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme.
7. Jika terlalu lama dapat membuat jenuh (Djamarah, S.B., 2000).
Beberapa kelebihan metode ceramah adalah:
1. Pendidik mudah menguasai kelas.
2. Pendidik mudah menerangkan banyak bahan ajar berjumlah besar.
3. Dapat diikuti oleh peserta didik dalam jumlah besar.
4. Mudah dilaksanakan (Djamarah, S.B., 2000).
B. Metode diskusi
Muhibbin Syah (2000), mendefinisikan metode diskusi sebagai metode mengajar yang sangat berkaitan dengan pemecahan masalah (problem solving). Metode ini sering disebut sebagai diskusi kelompok dan resitasi/pelafalan bersama (socialized recitation). Tujuan metode diskusi dalam proses belajar mengajar adalah:

1. Mendorong peserta didik berpikir kritis.
2. Mendorong peserta didik mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
3. Mendorong peserta didik menyumbangkan buah pikirnya untuk memecahkan masalah    bersama.
4. Mengambil satu atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang cermat.
Kelebihan metode diskusi adalah:
1. Menyadarkan peserta didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan.
2. Menyadarkan peserta didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang Iebih baik.
3. Membiasakan peserta didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan peserta didik bersikap toleransi (Djamarah, S.B., 2000).
Kelemahan metode diskusi adalah:
1. Tidak dapat digunakan dalam kelompok yang besar.
2. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
3. Cenderung dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
4. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Djamarah, S. B., 2000).
C. Metode demontrasi
Metode demonstrasi adalah metode pengajaran dengan cara memperagakan benda, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan (Syah M., 2000). Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan ajar (Djamarah, S. B., 2000).
Manfaat psikologis pengajaran dari metode demonstrasi adalah:
1. Perhatian peserta didik dapat lebih dipusatkan.
2. Proses belajar peserta didik lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
3. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri peserta didik (Daradjat, 1985).
Kelebihan metode dernonstrasi adalah:
1. Membantu peserta didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda.
2. Memudahkan berbagai jenis penjelasan.
3. Kesalahan yeng terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret, dengan menghadirkan objek sebenarnya (Djamarah, S. B., 2000).
Kelemahan metode demonstrasi sebagai berikut:
1. Peserta didik kadang kala sukar melihat dengan jelas benda yang akan diperagakan.
2. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan.
3. Sukar dimengerti jika didemonstrasikan oleh pengajar yang kurang
menguasai apa yang didemonstrasikan (Djamarah, S. B., 2000).
D. Metode ceramah plus
Metode ceramah plus adalah metode pengajaran yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah yang dikombinasikan dengan metode lainnya. Terdapat tiga macam metode ceramah plus yaitu:
1. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas
            Metode ini adalah metode pengajaran yang menggabungkan antara ceramah dan tanya jawab serta pemberian tugas. Tata Cara metode campuran ini adalah:
a. Penyampaian materi oleh pendidik.
b. Pemberian peluang tanya jawab antara pendidik dan siswa.
c. Pemberian tugas kepada siswa.
2. Metode ceramah plus diskusi dan tugas
            Metode ini dilakukan secara tertib sesuai dengan urutan pengombinasiannya, yaitu pertama pendidik menguraikan materi ajar, kemudian mengadakan diskusi, dan akhirnya memberi tugas.
3. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)
            Metode ini merupakan kombinasi antara kegiatan menguraikan dan memperagakan materi serta latihan keterampilan.
E. Metode resitasi
Metode resitasi adalah suatu metode pengajaran dengan mengharuskan siswa membuat resume dengan kalimat sendiri.
Kelebihan metode resitasi adalah (Djamarah, S. B., 2000):
1. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama.
2. Peserta didik memiliki peluang untuk meningkatkan keberanian, inisiatif, bertanggung jawab, dan mandiri.
Kelemahan metode resitasi adalah sebagai berikut:
1. Kadang kala peserta didik melakukan penipuan, yakni peserta didik hanya meniru hasil pekerjaan temannya tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
2. Kadang kala tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
3. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan
F. Metode eksperimental
Metode eksperimental atau percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada peserta didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan (Djamarah, S. B., 2000). Metode eksperimental merupakan suatu metode mengajar yang menggunakan alat tertentu dan dilakukan lebih dari satu kali, misalnya percobaan kimia di laboratorium.
Kelebihan metode eksperimental adalah:
1. Metode ini dapat membuat peserta didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata pendidik/pengajar atau buku.
2. Peserta didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi tentang ilmu dan teknologi.
3. Dengan ini, diharapkan terbina peserta didik yang akan menciptakan terobosan atau penemuan baru yang dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
Kelemahan metode eksperimental adalah:
1. Tidak cukupnya ketersediaan alat menyebabkan tidak setiap peserta didik berkesempatan mengadakan eksperimen.
2. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, peserta didik harus menunggu untuk melanjutkan pelajaran.
3. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.
Kesimpulan         :
Mengajar merupakan suatu cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan. Seorang ahli psikologi membagi konsep mengajar menjadi tiga macam pengertian yaitu : kuantitatif, institusional,
kualitatif.begitu banyak metode dan cara pengajaran yang berguna bagi para pendidik atau guru dalam mengajar,akan tetapi seorang guru sendirilah yang mengerti bagaimana menanggapi siswanya. Dan dalam hal ini disini akan kita dituntut untuk membuat metode pembelajaran yang dapat membantu kita dalam melakukan kegiatan mengajar.

Daftar Pustaka   :

-           Sumiati, Drs. 2008. Metode Pembelajaran. CV Wacana Prima. Bandung.

-          Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan Oleh Ns. Roymond H. Simamora, M.Kep.


.



Selasa, 07 Juni 2011

artikel ke II


PENGARUH KOMPETENSI GURU
DALAM MENINGKATKAN MUTU KELULUSAN
Frans Rezeki Ramadansyah
Abstrak               :
Ketidakefektifan proses belajar yang terlalu menekankan pada penguasaan teori dan kognisi adalah akibat lain rendahnya kualitas lulusan. Beban pembelajaran yang terlalu terstruktur dan banyaknya jumlah siswa dalam satu kelas telah menyebabkan proses belajar yang tidak sesuai dengan kondisi dan perubahan sosial. Keadaan ini menjadikan proses belajar yang terlalu monoton, tidak menarik, dan tidak mampu mengembangkan kreatifitas siswa, guru, dan kepala sekolah dalam mengembangkan inovasi pendekatan pembelajaran.
Kata kunci           : Kompetensi Guru, Mutu Lulusan.

Pendahuluan       :
Bismillahirrohmanirrohim puji syukur penulis ucapkan kepada tuhan Yang Maha Esa yang mana telah memberikan kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan Tulisan yang sederhana ini jika tampa kekuasaannya penulis mungkin tidak dapat menulis ini dengan selesai dan atas petunjukNya jualah penulis dapat memberikan judul yang tidak seberapa ini. Semoga tulisan ini dapat menambah ilmu pengetahuan kita semua.
Dalam hal ini penulis akan menjelaskan betapa pentingnya peranan guru yang memiliki kemampuan dalam mengajarkan atau menyampaikan mata pelajaran seehingga akan menghasilkan para peserta didik yang kompeten. Ini sebuah PR bagi kita para penerus bangsa yang akan membawa kearah mana Negara ini akan dibawa.
Namun di sisi lain tingkat kecukupan guru masih rendah. Di lapangan masih banyak terjadi seorang guru mengajar untuk beberapa kelas sekaligus terutama di jenjang pendidikan dasar. Dalam kondisi seperti itu sangat sulit bagi seorang guru bisa tampil profesional. Rasio guru-siswa yang tidak ideal berakibat pada rendahnya kinerja guru.
Pembahasan        :
Ketidakefektifan proses belajar yang terlalu menekankan pada penguasaan teori dan kognisi adalah akibat lain dari rendahnya kualitas lulusan. Beban pembelajaran yang terlalu terstruktur dan banyaknya jumlah siswa dalam satu kelas telah menyebabkan proses belajar yang tidak sesuai dengan kondisi dan perubahan sosial. Keadaan ini menjadikan proses belajar yang terlalu monoton, tidak menarik, dan tidak mampu mengembangkan kreatifitas siswa, guru, dan kepala sekolah dalam mengembangkan inovasi pendekatan pembelajaran. Rendahnya mutu pendidikan diperlihatkan hampir oleh semua tingkat pendidikan dan ini menunjukkan rendahnya.
  1. Kompetensi Guru Sekolah Dasar .
Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidikan, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Kompetensi dasar yang harus dimiliki guru meliputi kompetensi paedagogik, kompetensi personal atau kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi (UU No.14 Th. 2005: psl. 8 dan 10). Depdiknas (2001) merumuskan beberapa kompetensi atau kemampuan yang sesuai seperti, kompetensi kepribadian, bidang studi, dan kompetensi pada pendidikan/pengajaran. Suparno, (2004:47) mengatakan kompetensi ini,berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengajar, membimbing, dan juga memberikan teladan hidup kepada siswa. Berdasarkan hasil penelitian, banyak guru kita masih rendah dalam kompetensi pengajaran, maka dalam pendidikan profesi dan sertifikasi kemampuan keterampilan mengajar harus diutamakan (Paul Suparman, KR, 15/11/ 2005:10).

Departemen Pendidikan Nasional (2008:3) telah menyusun kompetensi guru meliputi pedagogik, kepribadian, profesional, dan social.


a. Kompetensi Pedagogik
Menurut Zid (2008:6), Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan pengelolaan peserta didik yang meliputi pemahaan wawasan2 atau landasn kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum/silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang diniilikinya. Kompetensi pedagogik memiliki keterkaitan yang erat dengan wawasan kependidikan dan akademik. Kompetensi akademik, yakni menguasai materi pembelajaran sesuai bidangnya. Kemampuan dalam bidang studi membuat pemahaman akan karakteristik dan isi bahan ajar, mengusai konsepnya, mengenal metodologi ilmu yang bersangkutan, memahami konteks bidang itu dan juga kaitanya dengan masyarakat, lingkungan dan dengan ilmu lain. Jadi guru tidak cukup hanya mendalami ilmunya sendiri tetapi temasuk bagaimana dampak dan relasi ilmu itu dalam hidup masyarakat dan ilmu-ilmu yang lain. Maka guru di harapkan punya wawasan yang luas.
b. Kompetensi Kepribadian
Menurut Zid (2008:67), kompetensi kepribadian adalah kepribadian guru sebagai pendidik yang memiliki kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan bijaksanaaa, berwibawa, berakhlak mulia, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, mengevaluasi kinerja sendiri, dan mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Kompetensi bersifat personal atau kepribadian dan kompleks serta merupakan satu kesatuan utuh yang menggambarkan potensi yang mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai, yang dimiliki seseorang yang terkait dengan profesi tertentu berkenaan dengan bagian-bagian yang dapat diaktualisasikan atau diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kinerja untuk menjalankan profesi tersebut.
c. Kompetensi Profesional
Profesional terkait dengan kemampuan memahami tugas-tugas serta hal-hal yang berkaitan dengan tugas-tugas tersebut sera lebih mendalam. Orang yang profesional tidak hanya mampu melaksanakan tugas pokoknya, namun juga mampu melaksanakan hal-hal yang terkait dengan keberhasilan tugas pokok tersebut (Siagian, 1997:197).Prof esional  dapat juga berarti memiliki karakteristik pemahaman teknik pekerjaan yang lebih baik dan lebih luas. Lebih baik, diartikan sebagai pemahaman yang mendalam, dan memahami keterkaitan antara tugas-tugasnya dengan aspek-aspek  lain yang berkaitan dengan itu.
Seseorang dikatakan profesional apabila memiliki karakteristik sebagai berikut:
·         memiliki komitmen yang kuat dan berjangka panjang terhadap keahlian mereka.
·         memiliki loyalitas yang lebih tinggi terhadap pekerjaannya daripada kepada pimpinannya.
·         selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya sesuai dengan perkembangan zaman.
·         dalam bekerja tidak terikat dengan jadwal regulernya. Untuk menjadi profesional diperlukan pengetahuan yang relevan dengan bidang tugas yang digeluti. Pengetahuan ini di dapat dari pendidikan dan pengalaman.
DG Armstrong dalam Sudjana (2002:69) mengemukakan ada lima tugas dan tanggung jawab pengajar, yakni tanggung jawab dalam:
·         pengajaran.
·         bimbinganbelajar.
·         pengembangan kurikulum.
·         pengembangan profesinya.
·         pembinaan kerjasama dengan masyarakat.
 Ali (2000:4-7) mengemukakan tiga macam tugas utama guru, yakni:
·         merencanakan tujuan proses belajar mengajar, bahan pelajaran, proses belajar mengajar yang efektif dan efisien, menggunakan alat ukur untuk mencapai tujuan pengajaran tercapai atau tidak.
·         melaksanakan pengajaran.
·         memberikan balikan (umpan balik).
·         Kompetensi Sosial.
Menurut Zid (2008:6), kompetensi sosial diartikan sebagai kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk mampu berkomunikasi secara lisan dan tulisan, menggunakan kronologi komunikasi dan informasi secara fungsional, bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesania pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
Selanjutnya menurut Hamka (2006:13) bahwa kompetensi sosial guru meliputi; kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat.Bergaul dan melayani masyarakat dengan baik, mendorong dan menunjang kreativitas masyarakat, menjaga emosi dan perilaku yang kurang baik, dan menempatkan diri sesuai dengan tugas dan fungsinya baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
2. Mutu Lulusan
Secara umum, mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. Dalam konteks pendidikan pengertian mutu mencakup input, proses, dan output pendidikan (Umaidi, 1999:2).
Mutu sekolah diukur dari output pendidikan yang meliputi efektivitas, produktivitas, efesiensi, inovasi, kualitas kehidupan kerja dan moral kerja. Khusus yang berkaitan dengan mutu lulusan dikaitkan dengan mutu sekolah, dapat dijelaskan bahwa output sekolah dikatakan berkualitas/bermutu tinggi jika prestasi sekolah, khusunya prestasi belajar siswa, menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam : (1) prestasi akademik berupa nilai ulangan nasional (UN), karya ilmiah, lomba akademik, dan (2) prestasi non-akademik, seperti misalnya IMTAQ, kejujuran, kesopanan, olah raga, kesenian, keterampilan kejujuran, dan kegiatan- kegiatan ektsrakurikuler lainnya. Mutu sekolah dipengaruhi oleh banyak tahapan kegiatan yang saling berhubungan (proses) seperti misalnya perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan (Umaidi, 1999:4).

Ada tiga faktor penyebab rendahnya mutu pendidikan yaitu :
·         kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan
pendekatan educational production function atau input-input analisis yang tidak consisten.
·         penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik.
·         peran serta masyarakat khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan sangat minim (Usman, 2001:223).


Kesimpulan         :
          Jadi dapat kita tarik kesimpulan bahwa standar kelulusan tidak dilihat dari seberapa besar anak didiknya yang lulus tapi yang jadi penilaian adalah seberrapa besar para peserta didik dapat mengaplikasikan ilmunya dalam kehidupan baik itu dalam keluarga maupun akademiknya.
            Dan jangan memjadi patokan bahwa sekolah yang banyak peminatnya itu menjadi sekolah yang bagus tapi perlu diketahui bahwa sekolah yang memiliki siswa yang kurang siswanya dapat menciptakan orang-orang yang kompeten tidak kalah dengan sekolah-sekolah yang memiliki fasilitas yang memadai. Karena terlalu banyaknya para peserta didik pun menjadi suatu kendala dalam peningkatan mutu pendidikan di Negara ini khususnya.
            Hingga yang terakhir adalah para tenaga pengajar yang nenjadi tolak ukur untuk sebuah pendidikan. Seperti kata orang bijak bahwa tidak ada orang yang bodoh tapi yang ada hanya orang yang tidak punya kesempataan diajari oleh orang-orang yang pintar. Itulah mengapa para guru menjadi alat vital dalam dunia pendidikan.

Daftar Pustaka    :
Ali, H. Muhammad. 2002. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar BaruAlgensindo Offset.

Arikunto, Suharsimi. 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka
Cipta, Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional, 2008,Sertifika si Guru dalam Jabatan Tahun 2008: Buku 6.