selamat datang

Assalamualaikum warahmatullohi wabarakatu. Slamat datang saya ucapkan kepada para pengunjung blog yang sederhana ini. Disini saya mengharapkan kepada para pengunjung agar memberikan komentarnya yang bertujuan memperbaiki maupun meningkatkan karya penulis.

salam manis saya ucapkan kembali kepada para pengunjung.... Smoga kita menjadi orang-orang sukses.

saya akhiri dengan fastabiqul khoiroj Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu.

Kamis, 11 Agustus 2011

Izinkan Aku Menciummu, IBU

               by: Frans Rezeki Ramadansyah Simatupang 

 
 
Sewaktu masih kecil, aku sering merasa dijadikan pembantu olehnya. Ia selalu menyuruhku mengerjakan tugas-tugas seperti menyapu lantai dan mengepelnya setiap pagi dan sore. Setiap hari, aku ‘dipaksa’ membantunya memasak di pagi buta sebelum ayah dan adik-adikku bangun.

Bahkan sepulang sekolah, ia tak mengizinkanku bermain sebelum semua pekerjaan rumah dibereskan. Sehabis makan, aku pun harus mencucinya sendiri juga piring bekas masak dan makan yang lain. Tidak jarang aku merasa kesal dengan semua beban yang diberikannya hingga setiap kali mengerjakannya aku selalu bersungut-sungut.

Kini, setelah dewasa aku mengerti kenapa dulu engkau melakukan itu semua. Karena aku juga akan menjadi seorang istri dari suamiku, ibu dari anak-anakku yang tidak akan pernah lepas dari semua pekerjaan masa kecilku dulu. Terima kasih ibu, karena engkau aku menjadi istri yang baik dari suamiku dan ibu yang dibanggakan oleh anak-anakku.

Saat pertama kali aku masuk sekolah di Taman Kanak-Kanak, ia yang mengantarku hingga masuk ke dalam kelas. Dengan sabar pula ia menunggu. Sesekali kulihat dari jendela kelas, ia masih duduk di seberang sana. Aku tak peduli dengan setumpuk pekerjaannya dirumah , dengan rasa kantuk yang menderanya, atau terik, atau hujan. Juga rasa jenuh dan bosannya menunggu. Yang penting aku senang ia menungguiku sampai bel berbunyi.

Kini, setelah aku besar, aku malah sering meninggalkannya, bermain bersama teman-teman, bepergian. Tak pernah aku menungguinya ketika ia sakit, ketika ia membutuhkan pertolonganku disaat tubuhnya melemah. Saat aku menjadi orang dewasa, aku meninggalkannya karena tuntutanrumah tangga.

Di usiaku yang menanjak remaja, aku sering merasa malu berjalan bersamanya. Pakaian dan dandanannya yang kuanggap kuno jelas tak serasi dengan penampilanku yang trendi. Bahkan seringkali aku sengaja mendahuluinya berjalan satu-dua meter didepannya agar orang tak menyangka aku sedang bersamanya.

Padahal menurut cerita orang, sejak aku kecil ibu memang tak pernah memikirkan penampilannya, ia tak pernah membeli pakaian baru, apalagi perhiasan. Ia sisihkan semua untuk membelikanku pakaian yang bagus-bagus agar aku terlihat cantik, ia pakaikan juga perhiasan di tubuhku dari sisa uang belanja bulanannya.

Padahal juga aku tahu, ia yang dengan penuh kesabaran, kelembutan dan kasih sayang mengajariku berjalan. Ia mengangkat tubuhku ketika aku terjatuh, membasuh luka di kaki dan mendekapku erat-erat saat aku menangis.

Selepas SMA, ketika aku mulai memasuki dunia baruku di perguruan tinggi. Aku semakin merasa jauh berbeda dengannya. Aku yang pintar, cerdas dan berwawasan seringkali menganggap ibu sebagai orang bodoh, tak berwawasan hingga tak mengerti apa-apa. Hingga kemudian komunikasi yang berlangsung antara aku dengannya hanya sebatas permintaan uang kuliah dan segala tuntutan keperluan kampus lainnya.

Usai wisuda sarjana, baru aku mengerti, ibu yang kuanggap bodoh, tak berwawasan dan tak mengerti apa-apa itu telah melahirkan anak cerdas yang mampu meraih gelar sarjananya. Meski Ibu bukan orang berpendidikan, tapi do’a di setiap sujudnya, pengorbanan dan cintanya jauh melebihi apa yang sudah kuraih. Tanpamu Ibu, aku tak akan pernah menjadi aku yang sekarang.

Pada hari pernikahanku, ia menggandengku menuju pelaminan. Ia tunjukkan bagaimana meneguhkan hati, memantapkan langkah menuju dunia baru itu. Sesaat kupandang senyumnya begitu menyejukkan, jauh lebih indah dari keindahan senyum suamiku. Usai akad nikah, ia langsung menciumku saat aku bersimpuh di kakinya. Saat itulah aku menyadari, ia juga yang pertama kali memberikan kecupan hangatnya ketika aku terlahir ke dunia ini.

Kini setelah aku sibuk dengan urusan rumah tanggaku, aku tak pernah lagi menjenguknya atau menanyai kabarnya. Aku sangat ingin menjadi istri yang shaleh dan taat kepada suamiku hingga tak jarang aku membunuh kerinduanku pada Ibu.

Sungguh, kini setelah aku mempunyai anak, aku baru tahu bahwa segala kiriman uangku setiap bulan untuknya tak lebih berarti dibanding kehadiranku untukmu. Aku akan datang dan menciummu Ibu, meski tak sehangat cinta dan kasihmu kepadaku.

"Ya Allah ampunilah aku dan kedua Orangtuaku, dan sayangilah mereka sebagaimana meeka menyayangi aku sewaktu aku masih anak anak"

Selasa, 09 Agustus 2011

video koleksi Maher Zain

mahir zain the  singer my like
insyaallah.... smoga kita tetap dalam lindungan Allah SWT.












Mahir Zain is very slow!!!
barakallahu lakuma....... hmmmmm
is very nice!!!!! (^;^)












thank you Allah with Mahir Zain....
trimakasih ya Allah engkau Tlah memberikan hidayah yang tak kan pernah mampu kami untuk membalasnya.












smoga ini dapat menghibur hati kita yang sedang duka, dan saya ingin berterimakasih kepada Mahir Zain yang rela saya masukkan videonya ke dalam blog saya tampa sepengetahuannya.
hmmmm!!!! :)

Senin, 08 Agustus 2011

Aku Kangen Ibu!!!!

                 by : Frans Rezeki Ramadansyah Simatupang
 
 
 
 
"Assalamualaikum..." Deg! suara itu membuat jantungku berdebar kenjang, darahku seakan berhenti mengalir. Entah sejak kapan kelopak mataku sudah tak bisa menampung buliran air mata yang menumpahi sisi pipiku.

"Assalamualaikum, Ini kamu nak? Ibu kangen. Kapan pulang?" bibirku bergetar hebat. Aku tidak menyangka jika itu adalah telepon dari beliau. "iya, ini aku. Aku akan pulang setelah libur" suaraku bergetar menahan kerinduan dan rasa bersalah yang menghentak-hentak dinding hatiku.... "pulang yah. Ibu kangen".

Aku seoalah terjerembab di lumpur, kemudian tenggelam dan tak bernapas lagi, ketika mendengar kata "KANGEN" yang begitu tulus dari bibirnya. Ah ibu...lebih dari setengah tahun aku tidak menghubungi mu lagi...tidak menanyakan kabar mu lagi...bahkan aku ganti nomor Hp, aku tidak memberi taumu....

Bu...maaf kan aku. Aku tidak menghubungi bukan karena aku tidak mengingat mu. Tapi rasa bersalah ini melebihi rasa rindu yang menyusup ke tulang sum-sum tubuhku... Aku belum bisa mempersembahkan kesuksesan didepan mu seperti anak-anak mu yang lain. Setiap memandang matamu yang sayu itu, hatiku hancur...karena aku tidak bisa memenuhi impian mu... dalam diam ku...aku selalu merontak keinginan mu...

Aku mengecewakanmu lagi bu... terlalu banyak derita yang kau tanggung hanya karena memiliki anak seperti ku!
Aku ingin bersujud di kakimu... maaf kan aku bu...

Ingatkah dulu kita pernah duduk bersama... kau mendongak ke atas angkasa... ada satu titik kecil benda lewat di atas kepala kita

"Nanti jika kamu dewasa... ibu akan mengikutimu kemana pun kamu pergi"
"iya..." jawab ku saat itu...
Impian mu lah yang membuat aku tetap hidup. Aku ingin bersama mu bu...
Engkau adalah wanita terbaik dalam hidup ku... kau pernah menangis karena aku, dengan gurat-gurat tua di wajah mu..

Minggu, 07 Agustus 2011

Ayah, Terimakasih Atas Hadiahnya

                   by : Frans Rezeki Ramadansyah Simatupang
 
 
Seorang pemuda sebentar lagi akan di-wisuda, sebentar lagi dia akan menjadi seorang sarjana, akhir dari jerih payah-nya selama beberapa tahun di bangku pendidikan.

Beberapa bulan yang lalu dia melewati sebuah showroom, dan saat itu dia jatuh cinta kepada sebuah mobilsport, Selama beberapa bulan dia selalu membayangkan, nanti pada saat wisuda ayahnya pasti akan membelikan mobil itu kepadanya.

Dia yakin, karena dia anak satu-satunya dan ayahnya sangat sayang padanya, sehingga dia yakin banget nanti dia pasti akan mendapatkan mobil itu. Dia pun berangan-angan mengendarai mobil itu, bersenang-senang dengan teman-temannya. Bahkan semua mimpinya itu dia ceritakan ke teman-temannya.

Saatnya pun tiba, siang itu, setelah wisuda, dia melangkah pasti ke ayahnya. Sang ayah tersenyum, dan dengan berlinang air mata karena terharu dia mengungkapkan betapa dia bangga akan anaknya, dan betapa dia mencintai anaknya itu. Lalu dia pun mengeluarkan sebuah bingkisan,... bukan sebuah kunci!

Dengan hati yang hancur sang anak menerima bingkisan itu, dan dengan sangat kecewa dia membukanya. dan dibalik kertas kado itu ia menemukan sebuah Buku yang bersampulkan kulit asli, di kulit itu terukir indah namanya dengan tinta emas. Pemuda itu menjadi marah, dengan suara yang meninggi dia berteriak, "Yah... Ayah memang sangat mencintai saya, tapi dengan semua uang ayah, ayah hanya membelikan Buku ini untukku?"

Dia membanting Buku itu lalu lari meninggalkan ayahnya. Ayahnya tidak bisa berkata apa-apa, hatinya hancur, dia berdiri mematung ditonton beribu pasang mata yang hadir saat itu.

Tahun demi tahun berlalu, sang anak telah menjadi seorang yang sukses, dengan bermodalkan otaknya yang cemerlang dia berhasil menjadi seorang yang terpandang. Rumahnya besar dan mewah, dan dikelilingi istri yang cantik dan anak-anak yang cerdas.

Sementara itu ayahnya semakin tua dan tinggal sendirian. Sejak hari wisuda itu, anaknya pergi meninggalkan dia dan tak pernah menghubungi dia. Dia berharap suatu saat dapat bertemu anaknya itu, hanya untuk meyakinkan dia betapa sayangnya dia pada anaknya.

Sang anak pun kadang rindu dan ingin bertemu dengan sang ayah, tapi mengingat apa yang terjadi pada hari wisudanya, dia menjadi sakit hati dan sangat mendendam. Sampai suatu hari datang sebuah telegram dari kantor kejaksaan yang memberitakan bahwa ayahnya telah meninggal, dan sebelum ayahnya meninggal, dia mewariskan semua hartanya kepada anak satu-satunya itu. Sang anak disuruh menghadap Jaksa wilayah dan bersama-sama ke rumah ayahnya untuk mengurus semua harta peninggalannya.

Saat melangkah masuk ke rumah itu, mendadak hatinya menjadi sangat sedih, mengingat semua kenangan semasa dia tinggal di situ. Dia merasa sangat menyesal telah bersikap jelek terhadap ayahnya. Dengan bayangan-bayangan masa lalu yang menari-nari di matanya, dia menelusuri semua barang dirumah itu. Dan ketika dia membuka brankas ayahnya, dia menemukan Buku itu, masih terbungkus dengan kertas yang sama beberapa tahun yang lalu.

Dengan airmata berlinang, dia lalu memungut Buku itu dan mulai membuka halamannya. Di halaman pertama Buku itu, dia membaca tulisan tangan ayahnya, "Sampai kapanpun kamu adalah anak ayah, terimakasih sudah memberikan yang terbaik buat ayah"

Selesai dia membaca tulisan itu, sesuatu jatuh dari bagian belakang Buku itu. Dia memungutnya, ....sebuah kunci mobil!

Di gantungan kunci mobil itu tercetak nama dealer, persis sama dengan dealer mobil sport yang dulu dia idamkan ! Dia membuka halaman terakhir Buku itu, dan menemukan di situ terselip STNK dan surat-surat lainnya, namanya tercetak di situ. Dan sebuah kwitansi pembelian mobil, tanggalnya tepat sehari sebelum hari wisuda itu.

Dia berlari menuju garasi, dan di sana dia menemukan sebuah mobil yang berlapiskan debu selama bertahun-tahun, meskipun mobil itu sudah sangat kotor karena tidak disentuh bertahun-tahun, dia masih mengenal jelas mobil itu, mobil sport yang dia dambakan bertahun-tahun lalu.

Dengan buru-buru dia menghapus debu pada jendela mobil dan melongok ke dalam bagian dalam mobil itu masih baru, plastik membungkus jok mobil dan setirnya, di atas dashboardnya ada sebuah foto, foto ayahnya, sedang tersenyum bangga.

Mendadak dia menjadi lemas, lalu terduduk di samping mobil itu, air matanya tidak terhentikan, mengalir terus mengiringi rasa menyesalnya yang tak mungkin diobati. Ayah, maafkan anakmu yah, dan terimakasih atas hadiahnya.

Jumat, 05 Agustus 2011

Sepasang Mata Untuk Sahabat

              { by : Frans Rezeki Ramadansyah Simatupang }


“Persahabatan bukan hanya sekedar kata, yang ditulis pada sehelai kertas tak bermakna, tapi persahabatan merupakan sebuah ikatan suci, yang ditoreh diatas dua hati, ditulis dengan tinta kasih sayang dan suatu saat akan dihapus dengan tetesan darah dan mungkin nyawa”

“Key…sini dech cepetan, aku ada sesuatu buat kamu”, panggil Nayra suatu sore. “Iya, sebentar, sabar dikit kenapa sich?, kamu kan tahu aku gak bisa melihat”, jawab seorang gadis yang dipanggil Key dari balik pintu.

Keynaya Wulandari, begitulah nama gadis tadi, meskipun lahir dengan keterbatasan fisik, dia tidak pernah mengeluh, semangatnya menjalani bahtera hidup tak pernah padam. Lahir dengan kondisi buta, tidak membuatnya berkecil hati, secara fisik matanya tidak bisa melihat warna-warni dunia, tapi mata hatinya bisa melihat jauh ke dalam kehidupan seseorang. Mempunyai hoby melukis sejak kecil, dengan keterbatasannya, Key selalu mengasah bakatnya. Tak pernah sedikitpun dia menyerah.

Duduk di bangku kelas XII di sebuah sekolah Luar Biasa di kotanya, Keynaya tidak pernah absen meraih peringkat dikelas, bahkan guru-gurunya termotivasi dengan sifat pantang menyerah Key. Sejak baru berusia 3 tahun, Keynaya sudah bersahabat dengan anak tetangganya yang bernama Nayra Amrita, Nayra anak seorang direktur bank swasta di kota mereka. Nayra cantik, pinter dan secara fisik Nayra kelihatan sempurna.

Seperti sore ini, Nayra sudah nangkring di rumah Key. Dia berbincang-bincang dengan Key, sambil menemani sahabatnya itu melukis. “Key, lukisan kamu bagus banget, nanti kamu ngadain pameran tunggal ya, biar semua orang tahu bakat kamu”, kata Nayra membuka pembicaraan. “Hah”, Key mendesah pelan lalu mulai bicara, “Seandainya aku bisa Nay, pasti sudah aku lakukan, tapi apa daya, aku ini tidak sempurna, seandainya aku mendapat donor kornea, dan aku bisa melihat, mungkin aku bahagia dan akan mengadakan pameran lukisan-lukisanku ini” ucap Keynaya dengan kepedihan.

“Suatu hari nanti Tuhan akan memberikan anugrahnya kepadamu, sahabat, pasti akan ada yang mendonorkan korneanya untuk seorang anak sebaik kamu,” timpal Nayra akhirnya. Berbeda secara fisik, tidak pernah menjadi halangan di dalam jalinan persahabatan antara Nayra dan Keynaya, kemana pun Nayra pergi, dia selalu mengajak Key, kecuali sekolah tentunya, karena sekolah mereka berdua kan berbeda. Sedang asik-asiknya dua sahabat ini bersenda gurau, tiba-tiba saja Nayra mengeluh, “aduuh, kepala ku”

“Kamu kenapa Nay, sakit??” tanya Keynaya. “Oh, tidak aku tidak apa-apa Key, Cuma sedikit pusing saja”, ucap Nayra sambil tersenyum. “Minum obat ya Nay, aku tidak mau kamu kenapa-napa, nada bicara Key terdengar begitu khawatir. “aku ijin pulang dulu ya Key, mau minum obat” ujar Nayra sambil berpamitan pulang.

Di kamarnya yang terkesan sangat elegan, nuansa coklat mendominasi di setiap sudut ruangan, Nayra terduduk lemas di atas ranjangnya, “Ya Tuhan, berapa lama lagi usiaku di dunia ini?? Berapa lama lagi malaikatmu akan menjemputku untuk menghadapmu?” erang hati Nayra. Di vonis menderita leukimia sejak 7 bulan lalu dan tidak akan berumur lama lagi sungguh menyakitkan bagi Nayra, usianya yang baru 18 tahun, dengan segudang cita-cita yang dia inginkan, sudah pasti tak satupun akan terwujud.

Pintu kamar Nayra tiba-tiba terbuka, seorang wanita cantik paruh baya masuk lalu duduk disampingnya. “Gimana rasanya sayang? Masih tidak enak?? Kita ke dokter sekarang yuk!!!” ujar wanita itu dengan lembutnya. “tidak usah, ma, aku sudah enakan kok, aku cuma mau beristirahat saja”, jawab Nayra dengan sopan. “ya sudah kalau begitu, mama tinggal dulu ya, istirahat ya, Nak,” ujar sang mama sambil mencium kening putri semata wayangnya. “Makasih ma, aku selalu sayang mama,” lirih Nayra berujar. Terus terang Nayra sudah tidak kuat menahan rasa sakitnya, tapi dia berusaha menyembunyikan itu dari orang tuanya.

Di ruang keluarga, ibu Rita, duduk sambil menemani sang suami sepulangnya dari kantor, “Ma, Nayra kemana?? Kok papa tidak melihatnya dari tadi?” tanya sang suami. “Nayra lagi istirahat pa, dia pusing dan mengeluh sakit dari tadi”, jawab Rita. “Sakit apa sebenarnya anak kita ma?? Kalau kita ajak ke dokter dia selalu menolak, papa rasa ada yang dia sembunyikan dari kita, aku takut penyakitnya parah,” dengan nada khawatir pak Artawan bicara dengan istrinya. “entahlah pa, mama juga bingung” ujar istrinya lagi.

Ternyata sakit yang dirasakan Nayra sore itu adalah pertanda dia akan segera di panggil menghadap Tuhan, saat minta ijin untuk istirahat pada mamanya, kesehatan Nayra benar-benar drop, dengan panik kedua orang tua Nayra melarikan putrinya kerumah sakit, setelah mendapat penanganan oleh tim dokter, Nayra sedikit terlihat tenang, namun mukanya terlihat pucat, sinar matanya terlihat begitu redup. “Pak Artawan, bisa kita bicara sebentar di ruangan saya”, kata dokter Gunawan, yang juga merupakan dokter pribadi keluarga Artawan. “Baiklah dok, “ sambut pa Artawan.

Setelah pak Artawan dan ibu Rita duduk di ruangan dokter Gunawan, mereka akhirnya mulai bicara, “Maafkan saya sebelumnya pak, sebenarnya saya sudah tahu penyakit yang diderita putri bapak sejak 7 bulan lalu, tapi karena putri bapak menyuruh saya merahasiakan penyakitnya kepada bapak dan ibu, saya tidak bisa berbuat apa-apa. Putri bapak terkenaleukimia,” ujar dokter Gunawan lirih.

Cukup lirih memang kata-kata dokter Gunawan, tapi mampu membuat jantung pak Artawan dan istrinya berdetak lebih cepat dari biasanya, “Apa?? Leukemia? Separah apa dok??” keras nada suara pak Artawan. “sudah parah pak, umur Nayra tidak akan lama” sambung dokter kembali.

Setelah berbicara lama dengan dokter, air mata tak pernah berhenti mengalir di pipi Rita. Dia begitu terpukul mendengar putrinya menderita penyakit itu. “udah, ma, jangan nangis terus, pengobatan Nayra akan diusahakan, kita akan mengusahakan kesembuhannya, lebih baik kita berdoa, semoga Tuhan memberikan jalan terbaik buat keluarga kita”, hibur pak Artawan. “mari kita tengok Nayra!!” ajaknya lagi.

Memasuki ruangan perawatan, ibu Rita berusaha menyembunyikan air matanya, dia tersenyum penuh kepedihan di samping ranjang putrinya, “Mama, kenapa? Kok sedih begitu?” ujar Nayra lirih. “tidak apa-apa sayang”, berbisik ibu Rita tak kuasa menahan air matanya. “Maafkan Nayra, Ma, Pa, Nayra tak bermaksud membuat Mama dan Papa terluka seperti ini, Nayra hanya tak ingin menyusahkan kalian” Nayra berkata dengan terbata-bata.

Belum ada beberapa menit pak Artawan dan ibu Rita di kamar putrinya, tiba-tiba Nayra kejang-kejang. Dengan panik pak Artawan memanggil dokter Gunawan. Dokter Gunawan menangani Nayra lumayan lama, hingga akhirnya dokter Gunawan keluar, muka beliau kelihatan sangat sedih. “Bagaimana anak saya, dok?” tanya pak Artawan.

“Maaf pak, kami disini sudah berusaha yang terbaik, tapi Tuhan berkehendak lain, Nayra sudah dipanggil menghadapNya” ucap dokter. “Tidaaaaaaaaaaaaaaaaaakkk”, teriak ibu Rita isteris, “Nayra tidak mungkin meninggal, Nayra masih hidup,” seluruh pengunjungrumah sakit menoleh ke arah mereka. “Pak, sebelum meninggal, Nayra menitipkan ini ke saya, ini buat bapak dan ibu” imbuh dokter Gunawan sebelum mohon diri.

Sepeninggal Dokter Gunawan, pak Artawan dan istrinya membuka amplop kecil dari Nayra, isinya ternyata surat.
Mama, papa, maafin Nayra sudah membuat mama dan papa jadi sedih, Nayra mohon sama mama dan papa, setelah Nayra meninggal, tolong berikan kornea mata Nay untuk Keynaya, tapi jangan bilang itu dari Nayra sebelum Keynaya benar-benar operasi dan bisa melihat lagi, dan satu lagi, mama tolong kasih Keynaya surat yang Nayra simpan di laci meja belajar Nayra yang amplopnya berwarna pink setelah Keynaya melihat nanti, dan surat buat mama dan papa ada di dalam amplop biru di laci yang sama. Sekian dulu Mama, papa, maaf kalau Nayra selalu ngerepotin kalian, Nayra sayang kalian, big kis & hug..muacch

Nayra Amrita

Selain sepucuk surat itu, ada lagi sebuah surat pernyataan pendonoran kornea mata yang telah lengkap dengan tanda tangan Nayra. Hati orang tua Nayra tersayat, tapi tak ada yang bisa mereka lakukan selain memenuhi permintaan terakhir sang anak.

Sementara itu, di rumah Keynaya, tampak gadis cantik itu tengah duduk seorang diri di teras rumahnya. Wajahnya tampak sedikit murung, “kemana si Nayra, sudah lebih dari 5 hari dia tidak main ke sini, apa dia baik-baik saja?” gumamnya.

“Ma, Nayra pernah kesini gak dalam beberapa hari ini?” tanya Keynaya ke pada mamanya.
“Tidak ada, Key, memang kenapa?” tanya sang mama.
“Gak apa-apa ma, aku ke rumah Nayra sebentar ya!!” Key meminta ijin ke mamanya.

Tapi diluar dugaan, mama Keynaya melarangnya pergi. “Jangan Key, kita harus ke rumah sakit sekarang juga, tadi mama ditelepon sama pihak rumah sakit, katanya ada yang menyumbangkan korneanya khusus untuk kamu,” dengan tutur kata yang lembut mamanya menjelaskan. “Yang bener, Ma? Key sudah dapat donor kornea?? Asik-asik, Key akan segera bisa melihat wajah Nayra, Key bisa segera menggelar pameran lukisan,” ucap Key berapi-api.

“Iya nak” jawab mamanya penuh kepedihan. “seandainya kamu tahu sayang, Nayra tak mungkin ada disamping kamu lagi, Nayra sudah tenang dialam sana, dan seandainya kamu tahu siapa orang yang mendonorkan korneanya untuk kamu” kata ibu Rasti dalam hati.

Waktu berjalan begitu cepat, operasi cangkok kornea sudah dilaksanakan dan sekarang adalah hari yang paling ditunggu-tunggu Keynaya, perban di matanya akan di buka, tim dokter beserta kedua orang tua Key sudah ada di ruangan Key. Sebelum perbannya di buka, Keynaya berujar, “Ma, Pa, Nayra sudah datang?? Ku ingin sekali ada Nayra di sini pas aku bisa melihat” “belum sayang, Nayra masih diluar kota” pedih rasanya hati ibu Rasti saat berujar.

Perban akhirnya di buka, samar-samar penglihatan Keynaya mulai melihat warna, melihat sosok kedua orang tuanya, dia tersenyum, semakin lama semakin jelas, “Mama, papa aku bisa melihat kalian,” gembira sekali suara Keynaya.

Sudah 1 minggu semenjak Keynaya bisa melihat, hari ini dia memaksa ibunya agar diperbolehkan melihat Nayra, mengujungi Nayra, “Kata mama Nayra sudah ada di rumah, berarti Key boleh main donk Ma, Key pingin ngajak Nayra jalan-jalan buat merayakan kesembuhan Key,” “Iya, nak, mama sama papa temenin kamu ya!!”

Berbeda beberapa rumah antara Nayra dan Keynaya merupakan hal yang membahagiakan, tidak perlu capek-capek bermacet-macet ria di jalanan untuk mengunjunginya. Sesampai di rumah Nayra mereka disambut ramah oleh keluarga Nayra yang kebetulan lagi ada di rumah.

“Selamat sore tante Rita’” sapa Keynaya dengan senyum sumringah. Setelah di persilahkan duduk dan menikmati hidangan ala kadarnya, Keynaya menanyakan keberadaan sahabat karibnya, “mana Nayranya tante?? Kok tidak kelihatan ada di rumah?”

“Nayranya…Nayra..Nayra” dengan terbata-bata ibu Rita menjawab.
“Nayra kenapa tante, kemana?? Nayra tidak apa-apa kan?” bertubi-tubi Keynaya bertanya.

Ibu Rita tak kuasa menjawab, beliau meninggalkan tamunya di ruang tamu dan berlari naik ke kamar Nayra, mengambil sepucuk surat yang dititipkan Nayra untuk Keynaya. Ibu Rita kembali ke ruang tamu dengan sepucuk surat di tangan, “ini dari Nayra untuk kamu” ujarnya berlinang air mata kepada Keynaya.

Dengan tangan gemetar Keynaya membuka amplop berwarna pink yang cantik itu, ada pita pink juga di sudut amplonya.

Dear Keynaya
Keynaya sayang, sahabatku yang paling baik, apa kabar hari ini?? Baik-baik sajakah?? Sehat-sehat?? Semoga sehat ya!! Key, saat kau membaca surat dari aku ini, mungkin aku sudah tak ada lagi di dunia ini, tak ada di samping kamu, tak bisa menemani kamu bermain, bercanda dan tertawa, maafkan aku ya Key.

Key sayang, sebenarnya aku ingin sekali cerita ke kamu tentang penyakitku, tapi aku takut membuat kamu kepikiran terus, takut buat kamu gelisah. Sebenarnya aku terkena penyakit leukemia, Key dan umurku tidak akan lama lagi.

Key sayang, meskipun aku telah pergi dari sisi kamu, tapi rasa sayang aku ke kamu tak akan pernah berubah, kamu sahabat terbaik di hidupku, kamu tempatku berkeluh kesah, tempatku menumpahkan suka dan duka. Key, ku tahu saat kau membaca ini, kau sudah bisa melihat indahnya dunia, sengaja ku berikan mataku untuk kamu Key, hanya itu yang bisa aku berikan, jaga mata itu seperti kau menjaga persahabatan kita.

Segitu dulu Key, maafkan aku karena harus pergi meninggalkanmu, terima kasih karena sudah memberikan aku arti selama hidup di dunia. Sampai ketemu suatu saat nanti Key, aku sayang kamu sahabatku.

Kiss and big hug my lovely friend, my best friend in my life….muaaachh

Dariku yang selalu menyayangimu
Nayra Amrita

Air mata mengalir deras di pipi Keynaya, “ini tidak mungkin” katanya lirih. Dia menangis sejadi-jadinya. Dia benar-benar tak percaya, sahabatnya sudah kembali ke pangkuan Tuhan, Keynaya menatap selembar foto yang juga ada di dalam amplop surat tadi, foto Nayra tersenyum manis ke arahnya, mata Nayra yang teduh, sekarang ada padanya. Keynaya meminta agar kedua orang tua Nayra mengantarnya ke kuburan.

Lumayan jauh dari rumah Nayra, kaki Keynaya lemah, tapi dia berusaha mengikuti langkah kaki orang tuanya dan orang tua Nayra ke sebuah makan yang begitu tertata rapi, taburan bunga masih segar, tanah pekuburannya juga masih basah.

Sebuah Nisan yang begitu cantik dihadapan Keynaya, membuatnya semakin terluka, jelas tersurat di batu nisan berwarna putih itu nama sahabat karibnya

“Nayra Amrita Artawan”
Lahir 8 Januari 1994
Wafat 14 April 2011

Berjongkok Keynaya membelai nisan itu, gerimis turun membasahi nisan, semakin lama semakin deras, sederas airmata yang jatuh di pipi Keynaya, “kenapa secepat ini kau tinggalkan aku, Nay?? Tega kamu?? Meninggalkan aku seorang diri disini.” Nayra, terima kasih sayang, kau telah memberikan aku sepasang mata untuk melihat dunia ini, terima kasih karena telah mengajariku tentang ketulusan sebuah persahabatan, terima kasih atas senyum termanis yang pernah kau hadirkan di hidupku” ucap Keynaya sambil terisak lirih di atas nisan.

Tangan lembut ibu Rasti terulur ke arah putrinya, “Bangun Key, sudah, ikhlaskan saja Nayra, dia sudah tenang di sana, dia sudah berada di pangkuan Tuhan, yang harus kamu tahu, Nayra tak pernah ingin kamu cengeng, kamu harus tetap semangat menjalani hidup kamu,” bimbing ibu Rasti. “iya ma, terima kasih, aku hanya sedih saja, tapi aku janji tidak akan cengeng lagi setelah hari ini”, kata keynaya.

10 Sifat Orang Dlilihat Dari Cara Menggunakan Bantal

                        by: Frans Rezeki Ramadansyah Simatupang

 
1. Memeluk bantal
Mereka yang suka memeluk bantal biasanya berjiwa seni. Mereka mempunyai penghargaan yang tinggi terhadap lukisan, musik dan sastra. Perasaan mereka halus dan jiwa mereka romantik. Kadangkala ada yang boleh membaca peristiwa yang akan berlaku melalui mimpi. Mereka juga sangat prihatin terhadap kesusilaan.

2. Menggunakan banyak bantal
Mereka biasanya kurang keyakinan. Dalam kehidupan seharian, mereka memerlukan banyak pendamping. Mereka jarang membuat keputusan sendiri, sebaliknya mendapatkan pandangan orang lain.

3. Tidur dengan satu bantal
Mereka bukan jenis mengada-ngada dan boleh menerima keadaan seadanya. Mereka juga membuat keputusan berdasarkan pikiran dan bukan nafsu semata-mata.

4. Meletakkan bantal di bawah kaki
Mereka mempunyai sifat kurang baik. Mereka jarang bergaul dengan orang ramai, malah kaku dalam pergaulan. Ini menyebabkan mereka cenderung bersifat egois. Mereka juga gemar menempuh jalan pintas untuk mencapai cita-cita. Mereka tidak suka berusaha.

5. Tidur tanpa bantal
Mereka memiliki sifat percaya diri yang sangat tinggi. Kadangkala sifat percaya diri ini akhirnya akan membawa kepada sifat ego.

6. Tidak punya bantal
Kasian deh looee...!!

7. Tidur gigit bantal
Kelaparan...

8. Tidur sambil lempar bantal
Kesurupan setan...

9. Tidur di dalam bantal
Mati konyol... (Lagi iseng banget sich?)

10. Tidur sambil ciumin bantal
Lagi mimpi jorok tuch.....naugthy dreams.

humor, Ternyata Posisi Tidur Telentang itu Berbahaya

                       by: Frans Rezeki Ramadansyah Simatupang
                    
                    Ternyata Posisi Tidur Telentang itu Berbahaya
 
 
 
Menurut penelitian yang di lakukan oleh para Profesor ahli dari Jepang, selama hampir 20 tahun akhirnya mereka mengumumkan keputusan yang sangat mengejutkan kita semua tentang cara kita tidur selama ini.

Ternyata tidur telentang sangat tidak di anjurkan sama sekali oleh para peneliti dari Jepang. Dan berikut kutipan dari Prof. Dr. UZUMAKI NARUTO yang diterjemahkan secara bebas :

"Kalau tidur jangan sekali kali dengan posisi TELENTANG!!. .. Karena tidur TELENTANG itu bisa mengganggu kesehatan anda. Beberapa survei telah dilakukan dan menghasilkan bukti yang akurat."

Orang2 yang tidur dengan posisi TELENTANG, dipastikan akan mengalami gejala2 sebagai berikut:
1. Susah bernafas
2. Tersedak
3. Kerongkongan tersumbat
4. Yang paling fatal dapat menyebabkan kematian

Oleh karena itu, kami menyarankan agar anda menghindari tidur dengan posisi TELENTANG. Sebab, jangankan tidur TELEN TANG, TELEN BAUT saja anda pasti susahnya setengah mati setengah hidup.

Jadi, demi kebaikan bersama, maka kami menyarankan kalau tidur jangan TELEN apa-apa.

Terimakasih

Kamis, 04 Agustus 2011

Tak Satu pun Yang Dapat Menandingi Keindahan Tangan Ibu

                       by : Frans Rezeki Ramadansyah Simatupang  
                   
        Tak Satu pun Yang Dapat Menandingi Keindahan Tangan Ibu
Semoga cerita dibawah ini dapat menjadi renungan buat kita semua. Ketika ibu saya berkunjung, ibu merajuk untuk diantarkan ke sebuah pusat perbelanjaan karena dia menginginkan baju baru untuk kondangan.

Terus terang, sebenarnya saya sendiri tidak begitu suka pergi ke tempat tempat tersebut dan saya bukan tipe orang yang sabar, tetapi walaupun demikian kami pergi juga ke pusat perbelanjaan untuk membeli baju ibu.

Kami mengunjungi setiap butik yang menyediakan pakaian wanita dan ibu saya mencoba sehelai demi sehelai pakaian lalu mengembalikannya ke tempat semula. katanya tidak ada Yang cocok.

Seiring waktu yang berlalu, saya mulai lelah dan kelihatan jelas kecewa di wajah tua ibu. Akhirnya pada butik terakhir yang kami kunjungi, ibu saya mencoba satu baju yang sangat cantik.

Dan karena ketidak sabaran saya, maka kali ini saya ikut masuk dan berdiri bersama ibu saya dalam fitting room, saya melihat bagaimana ibu mencoba pakaian tersebut, dan bagaimana dengan susah payah dia mencoba untuk mengenakannya.

Ya Allah Ya Robb, Ternyata tangan-tangannya sudah mulai dilumpuhkan oleh penyakit radang sendi dan sebab itulah ibu agak kewalahan melakukannya, pantas saja tidak ada yang cocok menurutnya, karena yang ibu cari adalah baju yang mudah dia kenakan. seketika itu ketidaksabaran saya digantikan oleh suatu rasa kasihan yang mendalam kepadanya.

Saya berbalik pergi dan mencoba menyembunyikan air mata yang keluar tanpa saya sadari. Setelah saya mendapatkan ketenangan lagi, saya kembali masuk ke fitting room untuk membantu ibu mengenakan pakaiannya.

Pakaian ini begitu indah, dan ibupun akhirnya membelinya. Shopping kami telah berakhir, tetapi kejadian tersebut terukir dan tidak dapat dilupakan dari ingatan.

Sepanjang sisa hari itu, pikiran saya tetap saja kembali pada saat berada di dalam fitting room tersebut dan terbayang tangan ibu saya yang sedang berusaha mengenakan pakaiannya.
Kedua tangan yang penuh dengan kasih sayang, yang pernah menyuapi, memandikan saya, memakaikan baju, membelai dan memeluk saya, dan terlebih dari semuanya, selalu mengadah berdoa untuk saya.
Sekarang tangan itu telah menyentuh hati saya dengan cara yang paling berbekas dalam hati saya.

Pada malam harinya, saya pergi ke kamar ibu dan mengambil tangannya, lantas menciumnya hingga membuatnya terkejut, saya memberitahunya bahwa bagi saya kedua tangan tersebut adalah tangan yang paling indah di dunia ini. 
Saya sangat bersyukur bahwa Tuhan telah membuat saya dapat melihat dengan sejelasnya, betapa bernilai dan berrharganya kasih sayang yang penuh pengorbanan dari seorang ibu.
Saya hanya dapat berdoa bahwa suatu hari kelak tangan saya dan hati saya akan memiliki keindahannya tersendiri. Dunia ini memiliki banyak keajaiban, segala ciptaan Tuhan yang begitu agung, tetapi tak satu pun yang dapat menandingi keindahan tangan Ibu.

Begitu Besar Kasih Sayang Seorang Ibu

by: { Frans Rezeki Ramadansyah Simatupang }

                   Begitu Besar Kasih Sayang Seorang Ibu

Mamaku hanya punya 1 mata, aku membencinya, dia memalukan bagi aku. Dia memasak di SMP tempat aku sekolah untuk biaya hidup kami. Hari itu dia datang ke kelas dan menyapaku. Aku sangat malu, lalu mengacuhkannya dan berlari pergi.

Keesokan harinya, teman2 mengejekku, ingin rasanya aku menghilang. Saat pulang, aku berteriak kepadanya "Kalau kau hanya ingin membuatku jadi bahan tertawaan, kenapa kau tidak mati saja?!" Aku benar2 marah saat itu.

Aku bertekad keluar dari rumah itu dan tidak berhubungan dengan dia sama sekali. Jadi, aku belajar dgn semangat dan akhirnya mendapat beasiswa belajar d singapura. Aku menikah, punya anak dan bahagia dgn kehidupanku.

Sampai suatu hari, Mama datang ke singapura untuk menjenguk, saat di depan pintu, anak2ku melihat dan ketakutan, saat itu juga aku berteriak "Beraninya kau datang ke rumahku, pergi dari sini, kau hanya menakuti anak2!!" Dia terkejut dan menjawab "Maafkan saya, mungkin saya salah alamat"

Setahun kemudian, datanglah undangan reuni SMP. Aku hadir. Setelah itu, aku sempat melihat 1 rumah, dimana dulu aku pernah tinggal saat itu, hanya sekedar ingin tahu dan kata seorang tetangga mama sudah meninggal, aku tidak meneteskan air mata. Tetanggaku memberikan surat yang Mama ingin aku membacanya.

Isi Surat dari mamahnya :
"Anakku tercinta, aku memikirkanmu setiap saat, Maafkan aku saat datang ke singapura dan menakuti anak2mu dan juga maafkan aku membuatmu malu didepan teman2mu dulu.. Semoga kamu mengerti.. Waktu kecil kamu mengalami kecelakaan dan kehilangan 1 mata, sebagai Mama, aku tdk sanggup melihatmu tumbuh dengan 1 mata ,jadi aku memberikan milikku.. Aku bahagia karena anakku telah memperlihatkan seluruh dunia untukku dengan mata itu..

Rabu, 03 Agustus 2011

Bidadariku, Nantikan Aku di pintu Surga

 Frans Rezeki Ramadansyah Simatupang

Bidadariku, Nantikan Aku di pintu Surga
Seorang wanita di hadapanku memang tak secantik Cinderela dengan sepasang sepatu kacanya ataupun semempesona Nirmala dengan tongkat ajaibnya. Tapi dia adalah orang yang paling aku cintai. ISTRIKU.

“ Mas, kok malah ngelamun, pertanyaanku gak di jawab “ aku terkejut dengan cubitan istriku. Aku hanya tersenyum.

“ Orang tua mu masih enggak suka juga ya mas sama aku, aku memang belum bisa ngasih cucu buat mereka “ dia pun melanjutkan pertanyaannya.
“ Kata siapa Dik ?? mereka sayang kok sama kamu “

Keluargaku memang sejak awal tidak menerima kehadirannya, istriku sangat sensitif dengan keluargaku. Ketidak setujan utama keluargaku karna mereka memandang istriku “ jelek “ itu kata mereka. Dengan tubuh pendek dan gendut, menurut mereka dia tak pantas denganku.

Ahh..itu kan kata mereka, buatku dia wanita yang mempesona. Jilbabnya yang membuatnya selalu terlihat anggun, suaranya yang sering melantunkan Al Quran selalu membuatku gemetaran, kesabarannya dalam kesulitan ekonomi kami yang memang karna ketidak setujuan keluargaku, maka kami bagai terasingkan. Buatku, tak apalah aku ingkar pada orangtuaku yang mengajakku pada kebatilan, mereka lebih memilih tahta,kecantikan dan harta. Sedangkan aku ingin seorang wanita yang bisa menuntunku dan mengajakku selalu mengingat Allah.

“ Duh, mas. Enggak usah beliin aku yang macem-macem deh mas. Ini baju kan mahal banget, mendingan buat sedekah atau buat simpanan kita “ katanya.
“ Aahh..kamu ini. Selalu mikirin itu, sekali-kali aku ini pengen buat kamu seneng, malah di protes “ aku pura-pura cemberut di hadapannya.

“ Iya..iya.. maaf yaa sayang . Aku coba ya bajunya “ dia pun melesat masuk ke kamar.
“ Gimana mas ?? “ katanya. Aku hanya terbengong melihatnya.

“ maasss… “ katanya sedikit berteriak. Aku hanya cengengesan tanpa bisa berkata apapun.
“ Kita makan yuk mas, aku siapkan dulu “ katanya.

Baru beberapa langkah, aku melihat istriku memegang perutnya seperti kesakitan yang luar biasa. Lalu terjatuh. Terdengar suara berdebam kuat di lantai.Aku panik. Aku bingung. Aku segera telpon Ambulance.

Istri ku koma. Sudah 3 minggu dia dalam keadaan seperti ini. Dia terkena Kanker di rahimnya. Kanker yang sudah lama di deritanya. Kenapa..kenapa aku sampai tak tahu dia sedang sakit ?? suami macam apa aku ini.

Laptop kesayangannya aku bawakan untuknya. Dia tak pernah bisa lepas dari laptopnya. Aku paham dengan keadaannya yang selalu sendiri, karna aku bekerja dari pagi hingga malam menjelang.

Aku buka laptopnya. Aku mainkan ayat-ayat suci yang selalu dia nyalakan setiap pagi. Aku begitu sayu untuk mampu menatapnya lekat-lekat. Aku buka satu persatu folder ku buka. Sampai aku menemukan sebuah judul “ CatatanKu “. Aku segera membukanya.

Aku tersenyum membaca ceritanya, di mulai ketika kita ta’aruf. Aku menatapnya sambil berharap dia segera sembuh agar dia bisa menjadi seorang penulis. Matakupun mulai serius ketika kisah kita di mulai dari ketertekanannya. Aku menitikkan air mataku.
Aku membaca dengan lamat-lamat ketika dia menuliskan setiap detik rasa sakitnya. Air mataku makin deras ketika ku membaca bagaimana dia menutupi sakitnya.

“Aku tak mungkin meberi tahunya, sedangkan ekonomi kami belum membaik. Aku tak mau sampai suamiku ikut menanggung kesulitanku. Aku juga enggak mau aku tambah buruk di hadapan keluarganya. Aku yang belum di karunia anak,sekarang harus di timpa musibah sakit seperti ini. Belum tentu keluarganya kasihan padaku, aku takut nanti suamiku yang kena imbasnya. Biarlah sakit ini hanya aku dan Allah yang tahu. Karna aku yakin setelah musibah ini, aku akan di berinya sebuah keindahan yang luar biasa.”

Tak sanggup aku untuk meneruskan membaca kalimat-kalimat yang ada di hadapanku. Aku memilih menutupnya dan aku ingin segera mengadu padaNya.
“ Yaa Robb, segera sembuhkan lah istriku dari sakitnya dan ijinkan aku untuk tetap menjaganya untukMu. Namun jika Engkau ingin menghapuskan jiwa istriku dari segala dosa-dosanya, maka aku ikhlaskan dirinya demi diriMu. Biarkan dia menantikanku di pintu surga. Aamiin “

Tak lama suara “ Tiiit” panjang dari indikator denyut jantungnya. Aku melihatnya tersenyum begitu manis. Bidadariku, nantikanku dipintu surga Nya.

Wallahua’lam bi Shawwab
{ Frans Rezeki Ramadansyah Simatupang }

Keajaiban Lima Ribu Lima Ratus Lima Puluh Rupiah

 FRANS REZEKI RAMADANSYAH SIMATUPANG

Keajaiban Lima Ribu Lima Ratus Lima Puluh Rupiah



Entah dari mana inspirasi cerita ini dibuat, yang jelas sesuatu yang kita yakini didunia ini tidak ada yang tidak mungkin. Amel baru berumur sembilan tahun ketika dia mendengar ibu dan ayahnya sedang berbicara mengenai adik lelakinya, Heri. Ia sedang menderita sakit yang parah dan mereka telah melakukan apapun yang bisa mereka lakukan untuk menyelamatkan jiwa Heri.

Hanya operasi dan butuh biaya yang sangat mahal yang bisa menyelamatkan jiwa Heri tapi apalah daya kedua orang tua Amel tidak punya biaya untuk itu adiknya itu. Amel mendengar ayahnya berbisik kepada Ibunya, "Hanya keajaiban yang bisa menyelamatkannya sekarang."

Dengan tergesa-gesa Amel pergi ke kamarnya dan mengambil sebuah celengan dari tempat persembunyiannya dalam sebuah lemari. Lalu dipecahkan dan dikeluarkannya semua isi celengan tersebut ke lantai dan bergegas menghitungnya dengan cermat. Diulangnya hitungan itu hingga lima kali. Nilainya harus benar-benar tepat.

Dengan membawa uang tersebut, Amel secara diam-diam menyelinap keluar rumah dan langsung naik bus angkot pergi ke toko obat di sudut jalan. Setibanya di toko obat tersebut, ia melihat seorang apoteker paruh baya berambut sedikit memutih sedang menelepon.

Amel menunggu dengan sabar sampai sang apoteker memberi perhatian tapi sang apoteker terlalu sibuk dengan telepon tersebut untuk diganggu oleh seorang anak kecil yang berusia sembilan tahun. Amel berusaha menarik perhatian dengan menggoyang-goyangkan kakinya, tapi gagal. Akhirnya dia mengambil uang koin dan melemparkannya ke kaca etalase. klontang !

"Apa yang kamu lakukan heh ?" tanya apoteker tersebut dengan suara marah. "Saya ini sedang berbicara dengan saudara saya."

"Tapi, saya ingin berbicara kepadamu mengenai adik saya," Amel menjawab dengan nada yang sama. "Dia sakit...dan saya ingin membeli keajaiban."

"Apa katamu ?," tanya sang apoteker.
"Ayah saya mengatakan hanya keajaiban yang bisa menyelamatkan jiwanya sekarang... jadi berapa harga keajaiban itu ?"

"Kami tidak menjual keajaiban, adik kecil. Saya tidak bisa menolongmu." ucap apoteker.
"Dengar, saya mempunyai uang untuk membeli keajaiban itu. Katakan saja berapa harganya." Kata Amel lalu tiba-tiba keluar seorang pria berpakaian rapi dari balik ruang, berhenti dan bertanya, "Keajaiban macam apa yang dibutuhkan oleh adikmu nak?"

"Saya tidak tahu," jawab Amel. Air mata mulai menetes dipipinya. "Saya hanya tahu dia sakit parah......... dan Ibu saya mengatakan bahwa ia membutuhkan operasi. Tapi kedua orang tua saya tidak mampu membayarnya karena biayanya sangat mahal tapi saya mempunyai uang."

"Berapa uang yang kamu punya ?" tanya pria itu lagi.
"Lima ribu lima ratus lima puluh rupiah," jawab Amel dengan bangga. "dan itulah seluruh uang yang saya miliki di dunia ini."

"Wah, kebetulan sekali," kata pria itu sambil tersenyum. "Lima ribu lima ratus lima puluh rupiah ini harga yang tepat dan cocok untuk membeli sebuah keajaiban yang dapat menolong adikmu". Dia Mengambil uang tersebut dan kemudian memegang tangan Amel sambil berkata : "Bawalah saya kepada adikmu. Saya ingin bertemu dengannya, juga orang tuamu."

Ternyata pria apoteker itu adalah seorang ahli bedah terkenal. Operasi dilakukannya tanpa biaya dan membutuhkan waktu yang tidak lama sebelum Heri dapat kembali ke rumah dalam keadaan sehat seperti sediakala.

Kedua orang tuanya sangat takjub mendapatkan keajaiban tersebut. "Operasi itu..." bisik ibunya..... "adalah keajaiban. Tak terbayangkan berapa harganya".

Amel hanya tersenyum. Dan hanya dia yang tahu secara pasti berapa harga keajaiban tersebut... Ya... Lima Ribu dan Lima Ratus Lima Puluh Rupiah... ditambah dengan "Keyakinan" .

Senin, 04 Juli 2011

puisi isra' mijra


Cahaya Isra’
Sebelum sosokmu hijrah ke Madinah…
Kau hadiahi kami sebait kisah…
Tentang perjalanan semalam yang kami imani.
Antara Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha…
Oh… itu luar biasa!
Sebuah ujian keimanan untukku, untuk kami…
Dan, kami akan berjuang…
Mengimani peristiwa-peristiwamu…
Yaa Rasulullah
Cahaya Isra’ akan mengalir dalam helai napasku…
Disini…
Di jiwa ini…
Bercahaya dan bersinar seperti kerlipnya bintang…
Membuktikan kisah keimanan diri
Padamu, ya Rasulku
Cahaya Isra’ akan tentram selalu dihati
Membuktikan kebesaran Allah….
Allah yang kusayangi.




Iman dalam Mi’raj
Sebuah puisi hati….
Tentang aroma keimanan
Sebuah puisi malam…
Yang mengajari kepercayaan
Terhadap seseorang…
Laki-laki suri tauladan
Yang senyumnya indah merekah bak sinar mentari
Yang akhlaknya mulia melebihi intan permata
Sebuah puisi keyakinan…
Tentang arti sebuah perjalanan.
Yang Sang pemilik hujan anugerahkan padanya, pada pria shaleh itu..
Pada Rasulullah…
Mi’raj ajari manusia untuk bersujud pada sang Rabbi…
Allah Swt…
Mi’raj ajari kaum muslim mencintai Tuhan-Nya
Merindukan kasih pertemuan dengan pencipta-Nya
Allah Swt…
Dan, ini sebuah puisi keimanan…
Yang hanya bisa dicerna dengan bisikan hati bersih…
Bukan dengki atau munafik
Sebuah perjalanan ke Sidratul Muntaha yang penuh berkah
Memberikan ketajaman jiwa…
Ya, pada hati ini…
Pada jiwa ini…
Tentang sebuah keimanan, yang harus tumbuh mengakar di sukma ini…
Hingga kelak bertemu dengan sang Illahi.